Cara Memilih Lingkungan Bermain Anak

Kataviral.com – Saat menyaksikan si kecil menangis gara-gara perbuatan temannya, pasti Anda selaku orang tua tak tega melihatnya. Alih-alih menawarkan solusi, Anda malah menyampaikan pada si anak supaya membalas tindakan temannya. Membalas tidak akan merampungkan problem dan malah menimbulkan problema baru. Maka dari itu sebaiknya mengajarkan dan melatih menjadi orang yang bijak saat mendapat masalah saat bermain di lingkungan sekitar.

Dalam berteman anak mempunyai rasa penasaran yang tinggi dan keinginan mengenal banyak sekali aksara sobat bermainnya. Bukannya tak mungkin, bila balita Anda alhasil berjumpa dengan teman yang kadang-kadang bertingkah kurang baik, misalnya suka menghantam, menghujat, menjahili sobat lainnya, mendorong, dan lain-lain. Bisa saja yang menjadi korban yakni anak kesayangan Anda. Lantas, bagaimana Anda menyiapkan si kecil biar siap dan percaya diri menghadapi kelakuan sahabat bermainnya itu? Simak tips bijak berikut ini :

Melatih Anak menghadapi Lingkungan Bermainnya

1. Ajar Anak Berani Menegur

Pada usia balita yang perlu diamati yakni kesanggupan anak menyebarkan verbalisasi terhadap keperluan. Misalnya, anak mengadu bahwa temannya suka merebut mainan. Ajarkan padanya biar ia berani mengungkapkan apa yang ia perlukan. Anda bisa memberikan, “Bilang sama sahabat kamu, ini mainanku. Kamu jangan ambil, kita main sama-sama saja.” Dengan begitu, anak diajak membuatkan kemampuan berpikirnya untuk memutuskan respons yang sempurna.

Lain waktu, ia didorong oleh temannya dan menangis mengadu pada Anda. Katakan padanya, “Kalau lain kali didorong, jangan menangis. Tapi bilang sama teman dekat kamu ‘aku nggak suka didorong, jikalau kamu dorong aku lagi aku nggak mau berteman dengan kamu.” Dengan begitu, sahabat yang mendorong akan tahu bahwa perilakunya tidak diterima oleh kelompoknya.

2. Libatkan Orang Dewasa

Yang paling penting, hindari anak untuk membalas perbuatan temannya secara fisik, misalnya dipukul balas menghantam. Atau, membalas dengan cara menyerang secara ekspresi, seperti dimaki balas memaki. Dikhawatirkan, bila ini terjadi, anak akan berguru menuntaskan kasus dengan cara kekerasan. Anak yang menjadi korban perlu membela diri, tetapi lakukan dengan cara yang sempurna.

Anda bisa mengajarkannya kata-kata mirip “Hentikan!”, “Jangan!”, “Ini milikku!”, “Tidak!” dan “Pergilah!” selaku alternatif memukul. Sehingga, dikala temannya merebut mainan yang sedang ia mainkan, ia mampu menyampaikan, “Jangan, ini milikku!”, bukan malah memukulnya. Jika perbuatan sobat si kecil sudah sungguh keterlaluan, Anda bisa mengajarkannya untuk melibatkan orang di sekeliling yang memiliki dampak dalam menanggulangi sikap negatif si sobat, contohnya guru, ibu si anak, dan lain-lain.

Ajarkan si kecil untuk menyampaikan, “Kalau kamu pukul saya lagi, saya akan bilang sama ibu guru.”Atau, bila pada dikala itu ia menyaksikan ibu temannya ada di dekat peristiwa, tak ada salahnya memberitahukan perbuatan si anak. “Tante , tadi Dodi dorong saya keras sekali, aku hingga jatuh.” Dengan begitu, si ibu mendapatkan berita perihal perilaku kurang baik anaknya. Si ibu pun bisa melaksanakan cross check dengan anaknya dan jadinya memberi nasihat mana yang baik dan yang benar.

3. Kenalkan Aneka Macam Karakter

Tak ada orang tua yang ingin anaknya salah berteman. Tapi, memilih mana sahabat yang patut dan tidak untuk si anak, bukan tindakan bijaksana. Justru dengan si kecil mengenal banyak sekali aksara orang, wawasan anak akan menjadi kaya.

Karena itu, beri si kecil bekal tentang huruf insan, umpamanya ada yang bagus hati, suka menolong, suka mencuri, pembohong, dan lain-lain. Yang perlu dikerjakan orang tua ialah mengajari anak bagaimana bersikap kepada masing-masing karakter. Ini akan membantunya dalam beradaptasi. Dengan demikian, si kecil punya bekal dalam menghadapi banyak sekali huruf temannya.

4. Awasi Anak Bermain

Selalu dampingi saat si kecil bermain bareng teman-temannya, tapi Anda tak mesti selalu berada di dekatnya. Yang penting, Anda bisa dengan mudah mengawasinya. Bila Anda memakai jasa pengasuh atau baby sitter, tekankan padanya biar ia memantau anak Anda dengan seksama. Jika si kecil mengadu pada Anda perihal teman dekat bermainnya setibanya di rumah, Anda bisa melaksanakan cek silang dengan pengasuhnya. Hal ini membuat lebih mudah Anda menentukan siapa yang benar dan yang salah.

5. Bersikap Responsif

Jadilah orang tua yang peka dan tanggap terhadap keperluan anak. Selalu luangkan waktu untuk berkomunikasi dua arah dengan si kecil. Jika Anda telah biasa berkomunikasi dengannya perihal apa saja semenjak dini, maka anak Anda akan telah biasa untuk mengekspresikan kebutuhannya. Jadilah orangtua yang responsif.

Tanyakan pada anak hal-hal yang ringan. Misalnya, “Mama lihat kau senang sekali hari ini, ada apa?” atau, “Kamu kok membisu saja, apa ada yang mengganggu?”. Dengan begitu, anak akan merasa nyaman dan dihargai. Ia akan telah biasa mengungkapkan perasaannya. Kebiasaan ini akan terbawa pada ketika anak bergabung dalam golongan bermain. Ketika sebuah dikala ia diganggu temannya, ia akan cukup percaya diri untuk mengungkapkan perasaan dan kebutuhannya secara jujur.

6. Beri Teladan yang Baik

Anak mencar ilmu dengan menyontek. Bila Anda melarangnya untuk tidak menghantam sebagai jawaban sikap yang kurang baik dari kawan dekat bermainnya, konsistenlah dengan perkataan Anda. Jika Anda melarangnya menghanta , tetapi Anda malah menghantam tangannya dikala melarang sesuatu, maka Anda tak membantu ia menyaksikan apa yang semestinya ia pahami dari suatu kebiasaan. Dengan Anda memukulnya, ia berguru bahwa menghantam merupakan satu cara supaya orang lain mematuhi perintahnya atau menyanggupi keinginannya. Berilah contoh yang bagus pada anak Anda setiap hari.

Demikian pembahasan kita untuk menjaga anak tetap tumbuh menjadi budi pekerti dan ahklak yang baik serta dapat menjadi bijaksana sejak usia dini. Ini akan sangat bermanfaat untuk pertumbuhan karakter anak atau bekal dia untuk remaja nanti. Sekian terima kasih semoga bermanfaat.

Normila

Normila

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *